Sabtu, 13 Juni 2009

Menggapai Filsafat Pendidikan Matematika

Pada semester enam saya bertemu dengan mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika. Pada awal perkuliahan saya diperkenalkan dengan filsafat umum, bahwasanya filsafat adalah olah fikir, selama kita bisa mengolah fikiran kita, kita telah berfilsafat. Misalnya dengan melakukan Analogi dan Reduksi. Dalam filsafat kita memperbincangkan sesuatu yang ada dan mungkin ada, sedangkan Landasan dalam mempelajari filsafat ada tiga yaitu: ontologi (hakekat), epistemologi (metode/cara) dan aksiologi (manfaat). Dalam mempelajari filsafat tidak lepas dari sejarah-sejarah perkembangan filsafat tersebut,dari zaman kuno dan pertengahan hingga zaman modern dan kontemporer. Pada zaman tersebut melahirkan tokoh-tokoh dengan pemikiran-pemikirannya yang membantu kita dalam mengolah fikiran kita, ada Socrates, Plato, Aristoteles, dan lain-lain. Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail. Sumbangsih Plato yang terpenting adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran". Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

Dengan menarik benang merah antara filsafat umum dengan filsafat pendidikan matematika kita dapat mengartikan filsafat pendidikan matematika sebagai filsafat yang membicarakan proses pendidikan matematika. Dengan menggunakan landasan yang sama dalam mempelajari filsafat umum, kita juga dapat mempelajari filsafat pendidikan matematika, antara lain: Ontologi (hakikat pendidikan matematika), Epistemologi (metode pembelajaran pendidikan matematika), dan Aksiologi (manfaat pendidikan matematika). Filsafat pendidikan matematika mempersoalkan permasalahan-permasalahan sebagi berikut :
1.Sifat-sifat dasar matematika
2.Sejarah matematika
3.Psikologi belajar matematika
4.Teori mengajar matematika
5.Psikologis anak dalam kaitannya dengan pertumbuhan konsep matematis.
6.Pengembangan kurikulum matematika sekolah
7.Penerapan kurikulum matematika di sekolah.

Pelajaran berharga yang saya dapatkan dari perkuliahan ini antara lain: saya harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar, dan selalu berfikir kritis, serta menaruh hati saya sebagai komandan dalam kehidupan ini. Itulah beberapa pengetahuan yang dapat saya pelajari pada perkuliahan Filasafat Pendidikan Matematika pada semester ini, namun saya rasa itu baru sebagian kecil dari Filsafat Pendidikan Matematika, karena mempelajari filsafat dengan menterjemahkan dan diterjemahkan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://naythea.multiply.com/journal/item/29/Antara_Matematika_dan_Filsafat
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

Kamis, 07 Mei 2009

ELEGI PERBINCANGAN GARIS LURUS

Garis 1:
Hai garis 2, dimanakah dirimu berada?

Garis 2:
Aku berada di dekatmu.

Garis 1:
Padahal engkau berada didekat ku tapi kenapa kita tak bisa bertemu?
Apa sebaiknya aku panjangkan saja diriku, agar kita bisa bertemu?

Garis 2:
Apa kau sudah panjangkan dirimu garis 1?

Garis 1:
Sudah garis 2, tapi kita belum bisa bertemu.

Garis 2:
Walau kau panjangkan dirimu kita tak bisa bertemu.

Garis 1:
Aku ingin sekali bertemu dengan dirimu, coba panjangkan juga dirimu garis 2!

Garis 2:
Sudah ku panjangkan diriku, tapi kita tak bisa juga bertemu.

Garis 1:
Aku ingin sekali bertemu dengan mu, padahal sudah ku panjangkan diriku Sepanjang-Panjangnya.

Garis 2:
Dalam posisi seperti ini kita tak akan pernah bisa bertemu walaupun kau dan aku sama-sama memanjangkan diri.

Garis 1:
Wahai garis 2 aku merasa sedih, karena kita tak dapat bertemu.

Garis 2:
Tenanglah garis 1, walaupun tak bisa bertemu , kita masih bisa berdampingan.

Garis 1:
Tapi aku tetap ingin bertemu dengan mu garis 1, apakah kau mempunyai cara agar kita
dapat bertemu?

Garis 2:
Aku belum memikirkannya garis 1, bagaimana jika kau memberi waktu ku untuk berfikir?

Garis 1:
Baiklah, kalau begitu kita sama-sama memikirkannya.

.......................

Garis 2:
Wahai garis 1, aku mendapatkan ide, bagaimana kalau kau rubah posisi mu terhadap ku,
Coba kau memutar sedikit demi sedikit!

Garis 1:
Baiklah akan ku coba,..
Hore... Akhirnya aku bisa bertemu dengan mu garis 2, walaupun hanya disalah satu titik dari diri ku.

Garis 2:
Ketahuilah garis 1, titik itu pun merupakan salah satu titik dari diriku.

Garis 1:
Dapatkah titik-titik dari diriku yang lain bertemu titik-titik dari dirimu secara bersamaan?

Garis 2:
Jika dalam posisi seperti ini, kita hanya bisa bertemu di satu titik pada tiap-tiap titik dari dirimu dan diriku.

Garis 1:
Kalau begitu akan ku coba lagi merubah posisiku terhadap mu,
Sekarang akan ku coba memutar sehingga aku berada tegak lurus terhadap mu.
Ternyata kita masih bertemu di satu titik lagi garis 2.

Coba aku rapatkan diriku dan dirimu, hingga kita berhimpitan, ternyata semua titik dari diriku dapat bertemu dengan semua titik dari dirimu.

Garis 2:
Wah bagus sekali garis 1, kau telah menemukan beberapa posisi mu terhadap ku.

Garis 1:
Terimakasih garis 2, tapi aku sudah lelah bolehkah aku pamit untuk pulang?

Garis 2:
Silahkan garis 1.

Garis 1:
Terimakasih garis 2.

Garis 2:
Terimakasih juga garis 1.

Kamis, 19 Maret 2009

Refleksi Perkuliahan Filsafat Matematika 14 Maret 2009

Idol menurut Francis Bacon adalah sesuatu yang menarik perhatian,

Ia menyebutkan ada empat macam idol, yaitu:

  1. Idol Stage(idol Panggung)
  2. Idol Pasar
  3. Idol Adat
  4. Idol Kekuasaan 

jika manusi terkena idol-idol tersebut akan mengakibatkan manusia terkena mitos.

Kamis, 12 Maret 2009

Refleksi perkuliahan filsafat 6 Maret 2009

Filsafat pada intinya merupakan olah fikir.

Ada tiga landasan dalam mempelajari filsafat, yaitu:

  • Ontologi(mempelajari tentang hakekat)
  • Epistemologi(mempelajari tentang metode)
  • Aksiologi(mempelajari tentang manfaat)

landasan tersebut dalam kaitannya dengan Matematika

Hakekat Matematika: kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan asal-muasal temuan baru di dalam Matematika denga pengetahuan-pengetahuan lain. 

Manfaat  Matematika : sebagai sarana berfikir deduktif yang merupakan suatu proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.

Metode Ontologi menurut Lauren Bagus, yaitu:

  • Abstraksi fisik(fokusnya pada sifat-sifat suatu objek)
  • Abstraksi bentuk (sifat sekumpulan objek sejenis)
  • Abstraksi metafisik(sifat-sifat objek secara general)

Filsafat Rasionalisme

Rasionalisme adalah pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului, tunggal dan bebas (terlepas) dari pengamatan indrawi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rasionalisme mempercayai bahwa akal (rasio) dapat mencapai kebenaran tanpa bantuan indrawi. Penganut paham rasionalis juga mempercayai bahwa rasa (sense) tidak dapat memberikan ataupun membawa kita kepada kebenaran yang universal.

Rene Descartes (1596 – 1650) dianggap sebagai pendiri filsafat modern dan Bapak rasionalisme. Menurut Descartes, pengetahuan indrawi bersifat kabur dan samar serta tidak memberikan gambaran dan hakekat tentang dunia diluar. Karena itu (menurut Descartes) kita harus meragukan pengamatan indrawi kita. 

Filsafat Empirisme

Empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Karena empirisme meyakini bahwa pengalaman adalah sumber kebenaran/pengetahuan. Hal ini kebalikan dari rasionalisme yang menekankan bahwa akal (rasio) adalah satu-satunya sumber pengetahuan/kebenaran. Singkatnya, menurut empirisme kita mengetahui hanya lewat apa yang diadapatkan oleh panca indera. 

Tokoh dari empirisme adalah John Locke (1632 – 1704). Menurutnya, segala sesuatu yang ada dalam pikiran manusia berasal dari pengalaman inderawi. Dan tidak ada perbedaan antara pengetahuan inderawi dan pengetahuan akal budi. Menurut teori ini, bahwa akal mendapat salinan dari luar (pengalaman), teori Locke ini dikenal dengan teori salinan (Copy Theory).

Filsafat Fenomenalisme

Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala. Tokohnya yaitu Emmanuel Kant.

Filsafat Intusionalisme

Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan perasaan.Tokoh-tokohnya: Plotinos (205 -270) dan Henri Bergson (1859 -1994)